Jakarta, jwgroupnews;-
Jurnal Wicaksana Group Media menemukan sebuah tulisan yang cukup menginspirasi bagi pengetahuan kita, yakni ;
Seberapa Buruk Sih Algoritma TikTok buat Fokus Kita
oleh : soegianto@fst.unair.ac.id
Pernah nggak sih, kita merasa semakin sulit untuk fokus di pekerjaan atau hal-hal yang penting? Atau, kita merasa produktivitas semakin menurun meski sudah berusaha keras? Ternyata, salah satu penyebabnya bisa jadi datang dari kebiasaan kita yang sering banget scroll media sosial, terutama TikTok. Mungkin ini terdengar sepele, tapi setelah kita menggali lebih dalam, ternyata efeknya cukup besar.
Saat kita mulai merasa susah fokus di pekerjaan, kita berpikir, apa sih yang bikin otak kita susah sekali untuk terjaga dalam satu tugas? Kok ya rasanya kerjaan harus dibaca berkali-kali sebelum benar-benar paham. Ternyata, jawabannya ada pada TikTok dan cara kerjanya yang nggak kita sadari selama ini.
TikTok, dengan segala keseruannya, ternyata punya dampak negatif bagi fokus kita. Banyak orang nggak sadar kalau kebiasaan scroll yang terus-menerus bisa merusak otak kita dalam jangka panjang. Mungkin ini bikin kita kaget, tapi kenyataannya algoritma TikTok dirancang untuk menjaga kita terus berada di aplikasi ini, tanpa kita sadari.
TikTok dan Cara Kerja Algoritmanya
Kita pasti sudah tahu betul kan cara kerja For You Page (FYP) di TikTok? Kalau belum, intinya, TikTok tahu persis apa yang kita suka hanya dengan mengamati kebiasaan kita—video apa yang sering kita tonton, video apa yang kita like, dan sebagainya. Ini membuat konten yang muncul di FYP hampir selalu sesuai dengan apa yang kita inginkan, tanpa harus kita cari-cari terlebih dahulu. Semua jadi serba mudah dan nyaman, tapi itu juga yang bikin kita ketagihan.
Dulu, sebelum TikTok, kita masih harus searching atau mengikuti akun-akun tertentu untuk melihat konten yang kita sukai. Nah, TikTok merubah semuanya dengan sistem yang sangat personalized—langsung disuguhkan konten yang kita inginkan tanpa usaha.
Tapi yang lebih menarik, bahkan platform media sosial lain seperti Instagram dengan Reels, YouTube dengan Shorts, sampai Facebook pun mulai meniru konsep yang sama. Namun, ada satu masalah besar yang sering diabaikan: algoritma seperti ini membuat kita lebih mudah kecanduan dan susah untuk fokus pada hal-hal yang benar-benar penting.
Dampak Dopamin dari Media Sosial
Kita pernah merasa senang setelah nonton video lucu di TikTok atau konten hiburan lainnya? Itu karena otak kita melepaskan dopamin, yang dikenal sebagai “zat kebahagiaan”. Biasanya, dopamin dikeluarkan setelah kita melakukan sesuatu yang menantang, seperti berhasil menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Namun, di TikTok, kita bisa mendapatkan dopamin hanya dengan scrolling, tanpa usaha besar.
Sama seperti ketika kita merasa puas dengan hal-hal instan, ini yang disebut cheap dopamine—dopamin yang didapatkan dari hal-hal yang mudah dan cepat. Inilah yang menyebabkan kita merasa lebih malas dan kurang termotivasi untuk melakukan hal-hal yang lebih bermanfaat.
TikTok Brain dan Menurunnya Fokus
Dr. Patrick Porter, seorang pakar ilmu saraf, menjelaskan tentang TikTok Brain. Ketika kita terus-menerus scrolling, otak kita akan terbiasa menerima dorongan dopamin yang cepat dan berkelanjutan. Hal ini membuat kita cenderung lebih suka stimulasi yang cepat, yang mengarah pada berkurangnya kemampuan untuk fokus dalam waktu lama.
Sebagai contoh, jika dulu kita bisa fokus bekerja selama 30 menit, sekarang rasanya cuma bertahan 5 menit sebelum otak mulai gelisah. Ini bukan hanya tentang media sosial, tapi juga kebiasaan kita dalam mengonsumsi konten instan yang akhirnya mempengaruhi produktivitas kita di pekerjaan.
Apa Solusinya?
Tenang, masih ada harapan! Salah satu cara efektif untuk mengembalikan kemampuan fokus adalah dengan meditasi. Mungkin kedengarannya sepele, tapi meditasi, terutama mindfulness meditation, ternyata bisa meningkatkan kualitas fokus kita. Penelitian dari Harvard Medical School membuktikan bahwa meditasi membantu menebalkan bagian otak yang berfungsi untuk belajar dan mengingat (hippocampus), sementara bagian otak yang berhubungan dengan stres (amigdala) akan menyusut.
Caranya pun sangat mudah. Kita bisa meditasi di mana saja dan kapan saja. Set timer sekitar 5–10 menit, lalu fokus pada pernapasan atau suara sekitar. Ketika pikiran mulai mengembara, itu normal—tugas kita adalah menyadari dan mengembalikannya ke fokus semula.
Lakukan ini secara rutin, dan dalam waktu singkat kita akan merasakan peningkatan yang signifikan dalam kualitas fokus dan produktivitas di pekerjaan.
SOLUSI
Setelah kita tahu dampak dari algoritma media sosial seperti TikTok, sekarang saatnya untuk lebih bijak dalam menggunakannya. Batasi konsumsi video pendek, kurangi scroll yang tidak perlu, dan coba rutin meditasi untuk meningkatkan fokus. Cuma butuh beberapa menit sehari, tapi manfaatnya untuk kualitas pekerjaan dan hidup kita luar biasa!
oleh : Soegianto pengamat IT
dirilis oleh : red_jw001