Ali Nasrullah Ramadhan : ” Reinforcement Dunia Pendidikan di Indonesia “

141 Views

 

Jakarta, jwgroupnews ;- Dunia Pendidikan di era digitalisasi saat ini menuntut semua insan memiliki kecakapan dalam memanfaatkan Internet guna tranformasi ilmu dari Guru kepada Murid atau Siswa.

 

Ali Nasrullah Ramadhan selaku Pemimpin Umum JWGROUP yang di dalamnya ada Kegiatan yang Berfokus pada Pendidikan Kebudayaan mengakui bahwa sistem pendidikan di Indonesia saat ini, dengan konsep ” Merdeka Belajar “, ternyata telah melenceng dari paradigma pendidikan yang sudah di mulai oleh Para Pendiri Bangsa, terutama Bapak Pendidikan Nasional yakni Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau lebih di kenal Ki Hajat Dewantara.

 

Paradigma pendidikan yang di wariskan oleh Ki Hajar Dewantara menitik beratkan pada proses Transformasi Ilmu dari Guru kepada Anak Didik.

Dimana, pola pendidik di wajibkan mengedepankan sikap moral yang berkiblat pada istilah ; ” Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani “, yang kemudian istilah Tut Wuri Handayani dianggap paling utama sebagai paradigma institusi sekolah, sehingga di abadikan menjadi slogan di seluruh sekolah di Indonesia.

Ali Nasrullah Ramadhan

Saat ini, berbagai Sekolah menggunakan slogan ” Sekolah Merdeka, Kampus Merdeka dan Kurikulum Merdeka ” yang konsep dasarnya memakai istilah ” Merdeka Belajar “.

 

Perihal yang mengedepankan transformasi berdasar cara pandang etika, budaya dan kearifan lokal, seakan tergerus dan terlupakan oleh konsep Merdeka Belajar.

 

oleh karenanya, perlu ada sebuah penguatan kembali bagi insan pendidik untuk mengedepankan prinsip dasar yang sudah di tancapkan sebagai pondasi dunia pendidikan di Indonesia.

 

Seorang Guru membebaskan murid, siswa atau anak didiknya untuk belajar dengan bebas dan tanpa di bayangi beragam aturan baku dalam keilmuan yang berdasar ciri khas Budaya Indonesia serta Pancasila.

 

sehingga semua anak anak Indonesia, dengan sangat mudah terjajah oleh masuknya beragam informasi yang muncul dari internet dan tertayang di genggaman anak anak Indonesia melalui gadget atau handphone (telepon genggam) smartphone.

Berbagai tayangan yang masuk dalam semua platform media online dan medsos, menyajikan berbagai peristiwa yang sulit dibedakan kategorinya, banyak anak anak Indonesia saat ini yang mengandalkan belajar ilmu menggunakan sumber yang berasal dari narasi penjelasan yang tertuang dalam analisa digital, dimana saat ini ada fenomena “artificial-inteligen”, dengan berjuta data yang sudah direkam dari berbagai definisi yang di rangkum oleh mesin.

 

maka penjelasan dalam sebuah permasalahan dan atau keilmuan, sepenuhnya menjadi pendapat yang baku dengan tanpa memperdulikan nilai nilai budaya dan kearifan, terang Ali Nasrullah dalam sesi diskusi Hardiknas 2025 yang di selenggarakan oleh JWGroup di Depok (Jumat, 3 Mei 2025).

 

 

Lebih lanjut, Ali menyatakan bahwa Konsep Merdeka Belajar harusnya dilakukan sebuah Penguatan Kembali dari sisi input paradigma Budaya Pancasila dan Kearifan Lokal Nusantara, agar karakteristik dan sikap anak anak Indonesia sebagai Generasi Penerus Bangsa, memiliki mentalitas yang kokoh terkait Nasionalisme Indonesia dan Mendalami Budaya masing masing sesuai Tumpah Darahnya masing masing.

 

Karenanya, kami berharap agar Dunia Pendidikan di Indonesia, memberikan Ruang yang Dominan untuk kegiatan Kebudayaan dan Kegiatan yang berlandaskan kearifan lokal nusantara sesuai daerahnya masing masing, terhadap para peserta didik dan mahasiswanya, pungkas Ali Nasrullah yang juga pernah menjadi Tenaga Pengajar pada sekolah formal di Indonesia, dari jenjang TK, PAUD, SD, SMP, SMA dan Universitas.

 

(opini_jwgroup@hardiknas2025)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *