UNHAN RI Gelar Seminar Nasional: Water Governance Towards Global Cities

18 Views

JAKARTA jwgroupnews – Universitas Pertahanan Republik Indonesia (UNHAN RI) menggelar Seminar Nasional bertajuk “Water Governance Towards Global Cities” di Ballroom Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (30/9). Acara ini menghadirkan sejumlah tokoh lintas bidang yang menyoroti tantangan besar pengelolaan sumber daya air di Indonesia.

Hadir sebagai narasumber antara lain Ketua DPRD Provinsi DKI Jakarta Drs. H. Khoirudin, M.Si., akademisi IPB University Prof. Ratih Dewanti-Hariyadi, Ph.D., Ketua Indonesia Water Institute (IWI) Prof. Dr. Ir. Firdaus Ali, M.Sc., serta Ketua Pusat Studi Keamanan Maritim dan Ketahanan Air UNHAN RI, Laksda TNI Dr. Ir. Abdul Rivai Ras, M.M., M.S., M.Si., IPU.

Dalam pemaparannya, Laksda TNI Dr. Ir. Abdul Rivai Ras, M.M., M.S., M.Si., IPU. mengingatkan bahwa Indonesia akan menghadapi kondisi water stress atau tekanan ketersediaan air yang cukup serius di masa depan.

“Kalau kita melihat peta tahun 2040, Indonesia termasuk negara yang masuk kategori water stress dengan tingkat 40 hingga 80 persen. Ini persoalan serius yang harus ditangani sejak sekarang,” ujarnya.

Ia menambahkan, Bappenas sebenarnya telah memetakan risiko ini sejak 2020. Dengan pertumbuhan penduduk yang terus meningkat, kebutuhan air bersih di Indonesia akan semakin tinggi. Bahkan laporan SDGs mencatat, sekitar 2 miliar orang di dunia akan terdampak krisis air dan Indonesia tidak terkecuali.

Rivai juga menyoroti tantangan terbesar dalam tata kelola air nasional, mulai dari pencemaran, keberlanjutan, hingga pemerataan akses air minum.

“Kita sering mengira Papua punya air pegunungan yang berlimpah, tapi justru akses air minum layak di sana yang paling rendah. Sebaliknya, Jakarta justru mencatat angka tertinggi,” ujar Rivai.

Menurutnya, sebagian besar pasokan air minum masyarakat Indonesia tidak langsung berasal dari pegunungan, melainkan dikelola dari air tanah dan air permukaan oleh perusahaan penyedia air. Padahal, potensi sumber daya air nasional sangat besar, yakni sekitar 2.018 kilometer kubik di kawasan Asia Tenggara.

“Potensi kita melimpah, tapi kualitas sanitasi dan air minum justru masih tertinggal dibanding negara lain. Ini pekerjaan rumah yang harus segera kita benahi,” pungkas Rivai.

Seminar nasional ini menjadi wadah diskusi strategis antara akademisi, pemerintah, dan praktisi untuk mencari solusi bersama menghadapi ancaman krisis air. Harapannya, tata kelola air yang baik dapat memperkuat posisi Indonesia menuju kota global yang berketahanan.

(Red*/Wat)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *