Denpasar, jwgroupnews/jw.com/media-istana.id ;
Proses dan tahapan akademik seseorang merupakan sebuah daya Upaya nyata dalam berkehidupan guna memunculkan keahlian dan kecakapan dalam displin keilmuan tertentu. Adalah Jimmu Goh, sosok yang juga di kenal dengan nama Mahabhiksu Gunabhadra, secara pribadi senantiasa berupaya meningkatkan kualitas dirinya dengan akademik keilmuwan yang seiring dan sejalan dalam pengabdiannya di ruang lingkup Keagamaan dan Ritual Upacara Agama Buddha Mahayana.
Saat ini Jimmu, lebih senang di sebut dengan nama Bhiksu Jimmu Gunabhadra Mahasthavira ; Dimana kesibukan beliau yakni menjadi Rohaniwan Buddha Mahayana yang setiap saat melayani Umat Buddha Mahayana secara aktif dan senantiasa berkoordinasi baik dengan lingkup pembinaan melalui Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha pada Kementerian Agama Republik Indonesia.
Sidang Terbuka yang di gelar berlandaskan materi Desertasi Bhiksu Jimmu Gunabhadra berjudul “ Estetika Etnoreligi Nyanyian Puja Bakti Agama Buddha Mahayana pada Wihara Ekayana Arama Jakarta”, menjadi sebuah satu keilmuan yang sangat bermanfaat bagi pengembangan Agama Buddha di Indonesia khususnya mazhab Mahayana.
Penelitian yang berbasis praktik langsung serta Analisa Pustaka yang melibatkan beragam sudut pandang dan masukan dari berbagai Pakar Akademik memunculkan sebuah hasil yang dipandang layak sebagai Ilmu dalam bingkai persyaratan akademik berupa desertasi.
Program Doktoral yang diraih oleh Bhiksu Jimmu Gunabhadra menjadi sebuah raihan momentum yang begitu membanggakan bagi kalangan Rahib Buddha, khususnya aliran Mahayana Indonesia. Karena Sebagian besar Bhiksu Mahayana di Indonesia kurang peduli terkait Gelar Akademik, mengingat keseharian mereka rata-rata melakukan ritual keagamaan dari Vihara ke Vihara dan dari Klenteng ke Klenteng serta beragam Undangan Upacara dari Umat Mahayana.
Bhiksu Jimmu Gunabhadra menyatakan dirinya, walaupun tetap rutin pelayanan umat, namun dia lebih focus untuk menempuh studi akademik guna membagun sebuah akselerasi pengabdian yang lebih bersifat nasional dan membantu Pemerintah dalam memberikan Analisa riil kondisi kehidupan keagamaan Buddha Mahayana di Indonesia. Saat ini Bhiksu Jimmu Gunabhadra merupakan sosok Tokoh Mahayana karena kedudukannya selaku Ketua Umum Lembaga Sangha Mahayana Indonesia , yakni sebuah organisasi keagamaan Buddha yang menjadi Wadah Umat Mahayana baik dari Para Rohaniawan maupun Umat Buddha yang populasinya tersebar dimanapun berada.
Walaupun dirinya seorang penganut Buddha Mahayana, namun jauh di dalam lubuk hati Bhiksu Jimmu sangat mencintai keberagaman Agama Agama di Indonesia, yang terhimpun dalam Bingkai Pancasila, “Salam Pancasila, sampaikan kepada dunia bahwa Bhiksu Jimmu Gunabhadra, Love Indonesia…, tegas beliau, saat di wawancara oleh redaksi pada menjelang Sidang Terbuka Doktoral, pada Selasa 21 Januari 2025 di Kampus Institut Seni Indonesia Denpasar.
Hari ini, Ujian terbuka dan saya dinyatakan Lulus Program Doktoral, namun tentunya masih ada beberapa perbaikan desertasi yang nantinya akan di serahkan sebagai bukti akademik untuk gelar doctor, jadi saya menyampaikan rasa terimakasih saya yang tak terhingga kepada segenap semesta alam yang sudah mengkondisikan saya pada momentum kali ini, serta tak lupa ucapan terima kasih kepada Promotor saya, Co-Promotor saya, Para Dewan Penguji, dan Para Tamu Sahabat dan Kolega yang berkenan hadir ataupun yang belum berkesempatan hadir guna memberikan dukungan untuk motivasi sidang terbuka program doctor kali ini, tentu special rasa terima kasih saya sampaikan untuk Bapak Supriyadi selaku Dirjen Bimas Buddha Kementerian Agama RI, Bapak Rektor ISI Denpasar, Bapak Sihar S.Ag.,M.Si selaku Pembimas Buddha Provinsi Bali yang juga hadir pada hari ini, menjadi bukti dukungan dan support untuk saya, pungkas Bhiksu Jimmu Gunabhadra Mahasthavira.
Red-ANR001_jwgroupnews/jw/com/media-istana.id
