Saatnya Negara-Negara Arab Ciptakan Perdamaian di Gaza

43 Views

JAKARTA jwgroupnews – Negara-negara Arab harus segera mendorong terwujudnya solusi dua negara agar rakyat Gaza Palestina tidak terus menerus menderita kelaparan, ketakutan dan ancaman pembunuhan dari Israel. Dua tahun setelah konflik di Gaza 7 Oktober 2023 dengan korban lebih dari 65 ribu jiwa, perdamaian harus didorong meskipun Israel masih tmenunjukkan tanda-tanda tidak berhenti dalam melakukan pemboman, penyerangan terhadap masyarakat Palestina yang tidak berdosa.

 

Demikian disampaikan dosen Magister Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,Universitas Muhammadiyah Jakarta Dr. Asep Setiawan yang hadir menjadi salah satu pemateri di Seminar membahas Refleksi Dua Tahun Serangan Israel-Hamas: Membangun Solusi Perdamaian Berkelanjutan di Pusat Riset Politik, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di Jakarta hari Selasa (7/10).

Dalam paparannya makalahnya berjudul Respons Dunia Arab terhadap Upaya Perdamaian Palestina-Israel: Apa yang Telah Dilakukan dan Apa yang Harus Dilakukan?, dorongan bagi negara Arab ini semakin kuat karena merekalah secara geografis paling dekat dengan Gaza. Selain itu negara-negara Arab juga memiliki kemampuan mendorong perdamaian apalagi sudah didukung oleh Deklarasi New York yang disahkan di Majelis Umum PBB tanggal 12 September lalu.

 

Di Majelis Umum PBB, Deklarasi New York lahir dengan 142 suara mendukung, 10 menolak, dan 12 abstain. Poin penting dari Deklarasi New York ini antara lain, mengakhiri perang di Gaza, mencapai penyelesaian damai konflik Israel-Palestina berdasarkan solusi dua negara serta membangun masa depan yang lebih baik untuk Palestina, Israel, dan seluruh kawasan.

 

Selain itu terdapat butir-butir penting seperti pernyataan Perang Gaza harus segera berakhir, dukungan untuk upaya Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat dalam implementasi gencatan senjata, pembebasan semua sandera dan pertukaran tahanan Palestina serta pPenarikan penuh pasukan Israel dari Gaza.

 

Arab Terpolarisasi

Dr Asep menjelaskan terjadinya polarisasi di dunia Arab dalam merespons fenomena konflik dan genosida yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina di Gaza sejak dimulai 7 Oktober 2023.

 

”Respons Arab terhadap konflik ini mencerminkan pergeseran paradigma dari retorika solidaritas menjadi diplomasi pragmatis,” jelas Dr Asep yang juga Kepala Laboratorium Ilmu Politik FISIP UMJ. Selanjutnya dijelaskan, Arab Saudi berusaha tampil sebagai pusat diplomasi negara-negara Arab dengan pendekatan institusional, membentuk Global Alliance for Two-State Solution dan mengalokasikan miliaran dolar untuk bantuan kemanusiaan.

 

Namun peran Saudi ini kalah dengan insiatif perdamaian Qatar yang berkali kali berperan menjadi mediator. Bahkan dalam upaya mediasi ini, Qatar sempat diserang oleh Israel. Qatar juga berhasil melakukan upaya pertukaran sandera dengan tahanan meskipun tidak berlangsung lama.

 

Lebih jauh lagi negara-negara Arab khususnya di Dewan Kerjasama Teluk (GCC) terjadi polarisasi dalam membantu menciptakan Perdamaian di Gaza Palestina. ”Perbedaan sikap terhadap Hamas menimbulkan fragmentasi internal di Gulf Cooperation Council (GCC). Polarisasi ini menguji batas solidaritas Arab antara idealisme Islamisme dan realitas politik pragmatis, ” tambah Dr Asep Setiawan yang menjelaskan pernah langsung melakukan kunjungan ke Gaza dan Tepi Barat Palestina, menyaksikan langsung pendudukan Israel dan pengusiran warga Palestina di Tepi Barat.

 

Kedepannya, kata Asep dihadapan sekitar 50 peserta dan tamu undangan di salah satu aula di BRIN Jakarta, dunia harus mendukung adanya solusi dua negara melalui kerjasama kawasan dan PBB. Meskipun demikian di dalam diskusi disangsikan bahwa Israel akan mengikuti solusi dua negara karena Israel tidak bisa dipercaya bahkan sekarang pun masih penyerangan Israel terhadap warga Gaza yang sejak Oktober 2023 telah menelan korban lebih dari 65 ribu orang dan kerusakan masif di Gaza.

 

Pembicara lainnya dalam seminar ini yang sekaligus memperingati dua tahun konflik Gaza adalah Nostalgiawan Wahyudhi, M.A dari BRIN membawakan makalah dengan judul Respons Indonesia terhadap Two State Solution dan Dr. Ryantori dari Universitas Prof. Dr Moestopo (Beragama) dengan topik Respons Dunia Barat terhadap Penyelesaian Konflik Palestina-Israel. Seminar yang merupakan kerjasama antara BRIN, Universitas Prof. Dr Moestopo (Beragama) dan The Indonesian Society for Middle East Studies (ISMES) dipimpin moderator Sari Amalia Dewi, S.H, LLM dari Universitas Prof. Dr Moestopo (Beragama).

 

(Red*/Umj)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *